Kamis, 04 Desember 2008

Do'a SeoRang Hamba Allah...

Seorang Fatimah Az-Zahra berdo'a:


Ya Allah!! Berilah balasan kebaikan untuk kedua orang tuaku

dan juga orang -orang yang menolongku.

Ya Allah!! Jadikan aku berkonsentrasi penuh untuk sesuatu yang karenanya engkau ciptakan aku.

Dan jangan Engkau sibukkkan aku dengan sesuatu yang telah Engkau jamin untukku.

Serta jangan Adzab aku sedang aku memohon ampun pada-Mu

Dan janganlah Engkau halangi aku dari nikmat yang selalu kumohon pada-Mu.


(Amiin...Allahumma Amiin)

3 komentar:

Adie mengatakan...

“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan);

“Kamu atelah menghabiskan rizkimu yang baik dalam kehidupan duniamu (saja) dan kamu telah

bersenang-senang dengannya, maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan

karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak

dan karena kamu telah fasik” (Qs.al-Ahqaf [46]: 20)

Sahabat… siapapun pasti mengerti, bahwa didunia ini kita harus berusaha mencari kebahagiaan. Namun keberhasilan dalam memperolehnya tidak berarti kita harus mengorbankan kebenaran yang kita anut, bahkan menghalalkan segala cara. Dan manusia tidak boleh melanggar tapal batas moralitas dan taqwa demi meraih keuntungan material. Biasanya, kecenderungan material timbul dari keserakahan yang tak terkendali. Orang serakah memang tak pernah puas dengan harta dunia, persis seperti api membakar semua bahan bakar yang diberikan. Ketahuilah, bila keserakahan telah menguasai diri kita, ia akan mengubah kehidupan sosial kita menjadi medan pertengkaran dan perpecahan sebagai ganti dari keadilan, keamanan dan kedamaian. Secara alami dalam mesyarakat semacam itu keseluruhan moral dan ruhani tidak mendapat kesempatan.

Adie mengatakan...

KITA HANYA MUSAFIR LEWAT


"Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu,

kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,

kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan"

(Qs. Al-Baqarah [2] : 28)

Ketahuilah sahabat, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah persinggahan sebentar dalam perjalanan panjang menuju keabadian. Kita hanyalah musafir yang sedang menempuh perjalanan menuju negeri yang pasti dan abadi. Rasulullah berpesan kepada kita : "Jadilah dirimu di dunia ini seperti orang-orang asing atau seorang musafir ! " (HR. Ahmad, Buchari, At-tarmidzi dan Ibnu Hibban). Dr. Yusuf Al-Qaradhawi menasehati kita lewat bukunya "Al-Waqti Fi Hayati Muslim" (waktu dalam kehidupan muslim) Sesungguhnya berlalunya masa dan berputarnya siang dan malam bagi sorang: muslim tidak boleh dibiarkan tanpa mengambil pelajaran dirinya. Paling tidak, ia memikirkan kalau memang belum dapat mengambil pelajaran darinya. Sadarilah bahwa setiap waktu berjalan terjadi seribu satu macam kejadian, dari yang dapat kita indra sampai yang tidak dapat kita indra.

Sahabat, Tidak dapat kita bantah bahwa manusia dengan fitrahnya senang akan kehidupan yang baik dan juga mengharapkan usia yang panjang. Bahkan kalau bisa, kita ingin hidup selama-lamanya. Namun tidak dapat kita sangkal bahwa menginginkan kehidupan yang kekal di dunia adalah kemustahilan, sebab dunia yang sifatnya temporer ini satu saat akan hancur bersama dengan semua yang ada di dalamnya. Manusia dibatasi dengan kematian sebagai akhir suatu perjalanan atau batas kehidupan yang pasti tejadi dan tidak bisa ditolaknya. Kematian adalah akhir dari perjalanan kehidupan dunia yang fana dan pintu gerbang kehidupan yang kekal, yaitu akhirat. Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita agar selalu menyadari tentang kesementaraan kehidupan dunia ini. Dunia hanyalah tempat mengumpulkan bekal, agar kelak kita diterima Allah sebagai tamu yang baik dan ditempatkan pada tempat yang baik pula. Umur dunia sangat pendek, terlebih umur kita. Jangankan dibandingkan dengan lamanya waktu di akhirat, dibandingkan dengan waktu di dalam kubur saja, tentu tidak ada sekejapnya. Di sisi lain, kesementaraan hidup di dunia juga digambarkan oleh rasulullah saw. Dalam sabdanya : "Dunia (hanyalah berumur) tujuh harinya hari-hari akhirat" (HR. Ad-Dailami).

Jika umur dunia semenjak diciptakan hingga dihancurkan (kiamat) kelak hanya sebanding dengan tujuh harinya hari-hari akhirat, maka akan tergambarkan oleh kita bahwa umur kita tidak ada satu detikpun dari hari-hari akhirat. Jikalau kita mau menggunakan akal sehat dan berpikir sejenak tentang hakekat hidup di dunia ini, niscaya selain waktunya sangat sementara dan hanya satu kali, juga akan kita sadari bahwa kehidupan kita yang sangat sementara dan satu kali itu menjadi faktor penentu bahagia–sengsaranya kita dalam menjalani kehidupan yang sesungguhnya di akhirat kelak. Akhirat adalah kehidupan pasca dunia yang teramat panjang, dan panjang tak terkirakan. Ketahuilah, Kematian bukanlah perjalanan akhir bagi kehidupan sebenarnya, tetapi hanya merupakan tempat singgah (transit). Kematian itu sebenarnya hanya merupakan perpindahan dari satu norma ke norma yang lain. Kematian adalah suatu tanda bahwa kehidupan masa uji coba manusia telah selesai. Ketika hidup di dunia manusia dihadapkan pada pilihan-pilihan yang menjadi cobaan dan ujian baginya. Namun ketika kematian datang, selesailah kesempatan untuk memilih. Pada fase baru ini manusia dipaksa untuk meyakinkan dirinya bahwa ia mati. Pada saat inilah ia dapat melihat malaikat maut dan alam Allah yang sebelumnya terhijab (tertutup). Disebutkan dalam firman Allah : "Sesungguhnya kamu berada dalam kehidupan lalai dari (hal) ini, maka kami singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari yang amat tajam". (Qs. Qaaf [50] : 22) . Ketika berada di alam substansi (dzar) dulu, kita pernah mengalami kematian. Setelah itu kita ke dunia menjadi makhluk hidup, dan tidak lama kemudian kita akan mengalami kematian lagi. Selanjutnya kita akan dibangkitkan, sebagaimana disebutkan dalam Al-qur'an : "Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan" (Qs. Al-Baqarah [2] : 28)

Ketahuilah, Pasca di dunia masih ada alam kubur, Pasca alam kubur masih ada kiamat dan hari kebangkitan. Pasca kebangkitan masih ada alam padang mahsyar (mauqif) dan penimbangan amal (yaumul hisab). Pasca yaumul hisab masih ada kehidupan yang tidak terkirakan lamanya dan tidak mengenal batas akhir, yakni syurga atau neraka. Pada saat itu sejarah kemanusiaan sudah usai dan perjalanan telah berakhir dengan pasti. Yang terbentang dihadapan manusia saat itu adalah era kehidupan syurga atau neraka.

Adie mengatakan...

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan
dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan
mempunyai nilai yang indah.

Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi
persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan
bertumbuh bersama karenanya…

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi
membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkanbesi,
demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan
diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti,
diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak,
namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan
dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan
untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya
ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman,
tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan
dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha
pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita
membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi
mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih
dari orang lain, tetapi justru ia beriinisiatif memberikan
dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya,
karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati,
namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.
Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun
ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Beberapa hal seringkali menjadi penghancur
persahabatan antara lain :
1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)
2. Ketidakterbukaan
3. Kehilangan kepercayaan
4. Perubahan perasaan antar lawan jenis
5. Ketidaksetiaan.
Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan
oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.

Renungkan :
**Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri
“Dalam masa kejayaan, teman2 mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman2 kita.”**